Sebesar 30% pasien kurang gizi ketika dirawat di rumah sakit, hal ini
merupakan hasil penelitian J. Kondrup et all (2002) di Denmark. Maka,
diperlukan perhatian
extra terkait perawatan dan pemulihan gizi, selain itu pasien gizi kurang dengan komplikasi penyakit kronis perlu di
screening
rutin. Sehingga masalah gizi yang mengakibatkan risiko klinis lebih
besar dapat diidentifikasi dini. Berikut pedoman risiko gizi buruk
sebagai standar umum dan mudah dilakukan oleh pasien.
Tujuan screening
Memprediksi kemungkinan hasil terbaik atau terburuk dan pemberian pengobatan yang tepat. Hasil pengobatan ditaksir dengan cara:
- Memperbaiki atau mencegah sakit mental dan fungsi fisik
- Mengurangi komplikasi penyakit dan dampak pengobatan
- Mempercepat penyembuhan dan pemulihan setelah sakit
- Mengurangi konsumsi medis misalnya lama tinggal di rumah sakit, lama pengobatan dan perawatan.
Gizi kurang dapat diidentifikasi dengan screening
dan sebaiknya tujuan relevan dengan cara taksir dan sesuai keadaan
pasien. Gizi kurang dengan atau tanpa penyakit kronis menjadi faktor
utama penentu mental atau fungsi fisik seseorang. Penyakit perlu
diperhitungkan dalam memberikan takaran gizi sehingga berdampak baik
pada kesembuhan pasien.
Pertimbangan metodologi
Screening tools dapat dievaluasi dengan metode. Mengidentifikasi risiko dengan metode medapatkan manfaat intervensi tepat dan memperbaiki hasil
screening dengan baik. Selain itu,
screening tools biasanya
high degree mencakup semua komponen pemecahan masalah.
Screening tools digunakan secara reliabel, cepat sederhana, objektif dan intuitif dan tidak diinterpretasikan secara berlebihan. Penggunaan
screening tools sebaiknya diatur tata penggunaannya dari rujukan pasien kurang gizi, diperiksa awal oleh dokter ahli, di-
screening dan rencana perawatan.
Screening nutrition care
Pasien risiko kurang gizi diidentifikasi awal dengan tata cara yang
benar, dan melakukan tindakan perawatan pemulihan gizi dan mengurangi
komplikasi dengan tepat. Hal ini dilakukan dengan memperkirakan syarat
energi dan protein dengan berat badan dan tinggi badan, memberikan
takaran makanan bergizi,
oral supplements dan
tube feeding sesuai kebutuhan. Berikut tips yang dapat dilakukan:
- Screening
Mudah dan prosesnya cepat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Seluruh pasien sebaiknya di-screening untuk mendapatkan cakupan gizi yang tepat.
- Pasien tidak berisiko, di-screening ulang dengan rutin pada saat dirawat misalnya seminggu,
- Pasien risiko, direncanakan perawatannya dengan baik oleh tenaga kesehatan dan memberikan cakupan gizi dengan tepat,
- Pasien risiko dengan masalah
metabolisme dan fungsi klinis, direncanakan perawatannya dengan baik,
memberikan cakupan gizi yang tepat dan memberikan intervensi klinis
dengan tepat. Paling penting para ahli memberikan penilaian awal.
- AssessmentPenilaian
metabolisme, nutrisi dan fungsi gizi lainnya dilakukan oleh dokter
ahli, ahli nutrisi dan ahli gizi perawat sehingga memberikan diagnosis,
pemeriksaan laboratorium dengan benar guna memberikan perawatan,
mempertimbangkan efek samping dan pada anak memberikan teknik menyusui
yang tepat. Dalam assessment, termasuk mengevaluasi, mengukur
risiko konsekuensi dari kurang gizi seperti kelemahan otot, kelelahan
dan depresi dengan mempertimbangkan obat yang pernah dikonsumsi dan
kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan asupan makanan. Seluruh upaya ini
berguna saat pemberian obat dan gejala yang akan ditimbulkan.
- Monitoring dan outcome
Care plan
perlu dimonitoring dengan mengukur dan mengobservasi seperti pencatatan
asupan makanan, berat badan fungsi organ dan mendeteksi kemungkinan ada
efek samping.
- AuditJika proses berjalan baik dengan cara sistematis, maka hasil audit memberikan informasi dalam membuat keputusan.
Komponen nutritional screening
Screening tools dibuat untuk mendeteksi kekurangan protein
dan energi, selain itu mengetahui apakah gizi pasien akan membaik atau
memburuk dalam proses perawatan. Empat prinsip
screening tools sebagai berikut:
- Bagaimana kondisi sekarang?
Tinggi
dan berat badan menurut indeks masa tubuh (IMB) normal range 20-25,
obesitas >30, batasan kurus 18,5-20, Gizi kurang <18,5. Dalam
kasus tertentu misalnya pasien sakit parah yang tidak dimungkinkan untuk
mengukur berat badan dan tinggi badan, dapat dilakukan dengan mengukur
lengan dengan pita. Pita diikat di lengan atas atau pertengahan lingkar
lengan.
- Apakah kondisi stabil?
Penurunan berat badan dapat dilihat dari patient's history atau dari pengukuran sebelumnya.
- Apakah kondisi akan menjadi buruk?
Berguna mengetahui asupan makanan menurun sampai saat screening, berapa lama dan berapa banyak, pengukuran dilakukan dengan mengukur asupan makanan pasien dan buku harian makanan.
- Apakah penyakit mempercepat kekurangan gizi?
Selain
mengurangi nafsu makan, penyakit-penyakit tertentu dapat meningkatkan
nafsu makan karena metabolisme stres yang berhubungan dengan penyakit
misalnya operasi, sepsis dan multitrauma, menyebabkan status gizi
berkurang lebih cepat.
Screening tools direkomendasikan ESPEN
- Masyarakat: Pemberlakuan MUST sistem
Tujuan dari sistem MUST mendeteksi gizi berdasarkan gangguan fungsi gizi dan fungsi organ lainnya.Validasi
prediksi MUST di masyarakat berdasarkan penelitian sebelumnya tentang
efek kelaparan pada mental dan fungsi fisik, telah didokumentasikan dan
memiliki kehandalan yang tinggi. MUST telah melibatkan multidisiplin
ilmu dan didokumentasikan dalam berbagai studi di kalangan masyarakat
inggris.
- Rumah sakit: NRS-2002
Mendeteksi
kurang gizi dan risiko yang ditimbulkan serta mengembangkan keberadaan
rumah sakit peduli gizi. Metode ini juga mencakup metode MUST. Seorang
pasien dengan diagnosis tertentu tidak selalu mendapat skor yang sama
dengan kategori yang sama misalnya pasien dengan perawatan intensif
mendapatkan skor yang berbeda.
- Dewasa: MNA
Mendeteksi
keberadaan kekurangan gizi dan risiko pengembangan gizi kalangan
orangtua dalam program perawatan di rumah merupakan tujuan dari metode
MNA. Dalam keadaan ini prevalensi gizi dikalangan orangtua mencapai
15-60%, metode screening ini mendeteksi gizi usia lanjut, memberikan intervensi tepat yang mencakup perbaikan aspek fisik dan mental lansia.
- Anak-anak
Alat screening
yang diterima secara universal belum tersedia untuk anak-anak. Tinggi
badan, berat badan serta usia mempengaruhi gizi anak selain itu masa
pubertas juga dapat mempengaruhi gizi anak.
- Sistem screening lainnya
Penelitian
yang dilakukan Kondrup et all (2002) mengemukakan perlu ada kombinasi
parameter klinis dan biokimia untuk menilai adanya kurang gizi.
Disarankan menggunakan metode subjective global assessment (SGA) dengan melihat kembali riwayat pasien dan kondisi klinis namun metode ini kurang fokus pada tujuan screening.
Oleh: Dedison Asanab, SKM-Pusat Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kedokteran Undana
Sumber: J. Kondrup, et all. 2002. ESPEN Guidelines for Nutrition screening 2002
http://www.clinicalnutritionjournal.com/article/S0261-5614(03)00098-0/pdf